Chapter, My Dear, SERIES

[Fanfiction | SERIES] My Dear


My Dear

Fanfiction [SERIES] By

The Little Prince

mydear.png

**

Choi Siwon // Im Yoona // Other Cast.

**

A/N : Disarankan saat membaca cerita ini juga mendengarkan lagu Yesung My Dear (album Here I Am) , maaf kalau banyak Typo 🙂

**

Happy Reading~

**

**

**

Suatu hari di hari rabu, aku bertemu dengan seorang gadis cantik yang termenung disisi jendela sebuah kamar Rumah Sakit Jiwa..
Rambut panjang nya dibiarkan tergerai berantakan, bahkan hampir jatuh menutupi mata indah yang sesekali berkedip dan mengeluarkan setetes air mata.
Bibir pucat nya selalu terkatup menandakan kesedihan nya.
Tak ada suara yang ia keluarkan, hanya diam seraya memandang kosong keluar jendela yang menyuguhkan langsung pemandangan taman dihalaman rumah sakit.

Hari rabu itu, hari dimana aku harus bertemu dengan seorang saksi dari masalah klien ku. Adalah hari untuk pertama kalinya aku bertemu dengan gadis itu, baju nya putih ia terlihat sangat rapuh, aku memperhatikan nya.. Dia sungguh sangat rapuh. Matanya yang selalu memandang keluar jendela lah yang membuat ku mengetahui itu. Gadis bermata rusa yang rapuh.

Sore pada hari rabu itu, aku pulang ke rumah ku, bertemu ibu, ayah, kedua adik ku, dan kakak ku. Makan bersama, bercanda, dan bermain gitar seraya menyanyikan sebuah lagu diruang musik di rumah ku.

Saat aku merebahkan tubuh ku untuk tidur, satu hal yang ku sadari saat setelah pulang dari Rumah sakit jiwa, jika gadis berbaju putih itu tak pernah hilang dari pikiran ku, wajah polosnya, mata bulatnya, bibir pucatnya, tangan lentiknya, semua itu tergambar jelas diatas langit-langit kamar ketika aku menengadah.
Dan satu helaan nafas ku mengatakan, jika aku tertarik padanya.

Sehingga
Hari di sabtu sore, aku kembali datang kerumah sakit jiwa itu, bukan untuk bertemu saksi pria dari masalah klien ku yang agak terganggu jiwanya, melainkan sengaja untuk menemui nya, gadis hari rabu, berbaju putih yang termenung di sisi jendela.

Seseorang berpakaian rumah sakit berada disana, disisi ranjang yang ditempati gadis itu, ketika aku sampai.

Pintu kamar nya terbuka lebar, sehingga tanpa perlu bersuara atau membukanya aku sudah dapat melihat gadis itu, baju putih yang hari rabu lalu aku lihat melekat ditubuh kurusnya, kini telah berganti menjadi hijau, dress hijau selutut membalut tubuh nya sekarang, dress berbahan sifon lembut itu sungguh terlihat sangat pas ditubuhnya, tak ada hiasan berlebihan, bedak tebal, lipstick cerah, ataupun kalung mahal, hanya dress hijau yang menutupi lututnya saja yang membuatnya terlihat sangat cantik.
Kaki panjang nya menggantung disisi ranjang, kedua tangan nya saling bertaut, dan mata bersinar itu masih saja memperhatikan suasana di luar jendela yang memang berada dekat sekali dengan ranjang nya.

Tangan terampil seorang wanita paruh baya berbaju rumah sakit itu sedang sibuk menyisir rambut panjang gadis itu, begitu pelan dan sangat lembut, sehingga itu terlihat seperti kasih sayang seorang ibu untuk anaknya.

“Na–ya, apakah kau menjadi lebih baik hari ini?”

Aku menajamkan pendengaran ku ketika wanita paruh baya itu mulai mengeluarkan suaranya, Na-ya?
Aku sangat berharap jika gadis hari rabu itu menjawab ucapan wanita paruh baya yang masih setia menyisir rambutnya itu. Namun itu tak terjadi, gadis bermata bulat itu hanya terus termenung menatap pada keadaan di luar jendela, ia menggerak-gerakan kedua kakinya yang menggantung diatas ranjang dengan gerakan pelan.

“Kau tak menghabiskan makanan mu lagi, satu bulan belakangan ini kau jarang menghabiskan makanan mu, apa sesuatu terjadi pada mu? Selera makan mu sedang tidak enak? Apakah kau merasa sakit.”

Aku masih terus memperhatikan gadis itu dan menunggu respon nya atas ucapan wanita paruh baya yang kini mencoba mengikat rambutnya. Dan yang dapat aku lihat saat ini adalah, kedua kakinya yang berhenti bergerak dengan tiba-tiba saja, mata bulatnya yang semula menampakkan kekosongan entah kenapa sekarang menjadi terlihat lebih emosional, aku terus memperhatikan perubahan yang terjadi pada gadis itu, sampai pada saat air mata tiba-tiba saja keluar dan menetes dari matanya.
Dan itu semua terjadi saat wanita paruh baya yang semula menyisir rambutnya itu mengucapkan kata ‘Sakit’

“Kau merasa sesuatu menyakiti mu Na-ya?”

Sama hal nya seperti diri ku yang menyadari perubahan diwajah Yoona, Wanita itu kembali bertanya pada gadis itu, kini sembari menggenggam tangan nya dan menatap nya dengan penuh kekhawatiran, dan yang terjadi selanjutnya adalah, tubuh gadis itu bergetar, kedua tangan yang semula saling bertaut kini berada disisi tubuhnya, jari-jarinya meremas sprai ranjang putihnya kuat, bahkan semakin kuat setiap detiknya, air matanya mengalir semakin deras. Kenapa?
Ingin sekali aku menyuarkan nya, tapi entah kenapa hati ku menahannya, sehingga yang ku lakukan hanyalah terus berdiri di depan pintu masuk dan menatap pada kedua wanita yang bahkan tak pernah menyadari jika ada aku disana.

“Na–ya—”

“AAAHHHH—”

Dan tiba-tiba saja gadis itu berteriak keras setelah beberapa detik yang lalu wanita paruh baya disisinya bergumam kembali, sehingga aku dengan gerakan refleks langsung berlari kearahnya, dan langsung memegangi tubuh nya ketika telah berada didepan nya.
Ia mencoba untuk berlari beberapa kali, tubuh nya menjadi tak bisa terkontrol, teriakan-teriakan histeris keluar dari suaranya. Dan yang aku dan wanita paruh baya itu lakukan adalah mencoba sekuat mungkin menahan dan menenangkan nya, namun bukan nya tenang, ia malah bertindak semakin menjadi, apalagi ketika matanya bertemu dengan mata ku. Ia mencoba melepaskan diri dari rengkuhan ku, beberapa kali mencakar wajah ku dengan kuku panjang putihnya, dan bahkan sempat menggigit lengan ku.

“PERGI KAU BERE**SEK!! PERGI KAU!!”

Dia meneriakan itu tepat didepan wajah ku, dan entah kenapa itu menyakiti ku, bukan katanya, melainkan ketakutan serta kepedihan yang dipancarkan kedua matanya ketika mengatakan kata itu.

“Na–ya.. Tenanglah sayang, Dokter– Dokter.”

Wanita paruh baya itu mencoba untuk memanggi seorang dokter untuk dapat menenangkan gadis yang berada dalam pelukan ku, namun nihil tak ada seorang dokter pun yang datang,

“PERGI KAU!! AKU TIDAK MAU MENEMUI MU!”

Dia menampar keras wajah ku dengan tangan kirinya, sedang tangan kanan nya meremas punggung ku dengan sangat keras, tubuh nya berontak, andai saja wanita paruh baya itu tak memeluk pinggang gadis itu sudah pasti sesuatu yang lebih akan ku dapatkan.

“DOKTER!”

Wanita itu kembali berteriak, kini dengan suara yang dua kali lipat lebih keras, dan dapat aku lihat jika wanita berpakaian rumah sakit itu kini menangis, menetes kan air matanya, bibirnya bergetar, apa ia ketakutan?

“Pergilah, aku akan mencoba menahan nya, panggilah Dokter.”

Akhirnya aku menemukan suara ku, dengan terbata karna pukulan demi pukulan gadis itu akhirnya aku bisa mengatakan sesuatu, dan wanita itu menatap ku dengan tatapan lembutnya.

“Nakk—”

“Pergilah Bibi.”

Dan akhirnya wanita itu melepaskan pinggang gadis yang dia sebut Na, ketika aku mengatakan satu lagi kepastian.
Dia berlari dengan cepat meninggalkan ruangan ini, sehingga yang terjadi pada ku selanjutnya adalah kewalahan, gadis hari rabu yang berada dipelukan ku sekarang, semakin brutal.. Ia menjambak rambut ku, memukul punggung ku, dan mengigit beberapa bagian dari lengan ku.
Dan yang bisa ku lakukan hanya terus bertahan memeluknya, memeluk pinggan serta punggung nya agar dia bisa tetap diposisi yang sama, tidak berniat pergi kemanapun.

Dia terus berteriak keras, menangis dan memukul ku, hingga pada saat wanita paruh baya itu kembali dengan membawa serta seorang Dokter wanita, dan dua orang suster. Menyuntikkan sebuah cairan penenang, yang akhirnya membuat gadis itu menutup matanya dan tertidur dalam pelukan ku.

“Jangan sakiti aku.”

Adalah gumaman terakhir yang aku dengar tepat ditelinga kanan ku sebelum akhirnya bibirnya mengatup, matanya menutup, dan kepalanya tergeletak tak lemah diatas bahu ku.

Aku menghembuskan nafas berat ketika ku rasa remasan kuat tangan nya di punggung ku mulai melemah dan akhirnya terlepas, tubuhnya limbung dan hampir saja terjatuh andai aku tak menahan nya.

Aku menatap wajah nya sendu saat telah membaringkan tubuh nya diatas ranjang. Menutupi nya dengan selimut sampai sebatas dada dan mengusap pelan keningnya.

“Yoona telah banyak membuat luka ditubuh mu.”

Wanita paruh baya itu kini berada di hadapan ku.

“Aku tidak apa-apa.”

Aku tersenyum kecil, ia membalut luka bekas cakaran di pipi kiri ku dengan kapas dan plaster. Kami masih berada dikamar gadis hari rabu itu, disebuah sofa putih usang kami duduk. Wanita paruh baya itu mengobati luka-luka kecil ku.

“Dia bahkan membuat bahu dan lengan mu memar karna gigitan nya.”

Dan aku kembali tersenyum, ketika wanita itu kembali bersuara seraya mengusap pelan bahu ku dengan handuk basah yang hangat.

“Itu tidak sakit.”
Jawab ku menenangkan.

Dan suasana kembali hening dengan wanita itu yang masih setia mengobati luka di tangan, pipi dan sekitar belakang telinga ku.

“Namanya Yoona?”

Aku akhirnya mengeluarkan suara ku ketika wanita didepan ku telah selesai mengobati luka ku.

“Yah, namanya Im Yoona.”

Aku mengangguk-anggukkan kepala ku pelan ketika wanita itu menjawab seraya berdiri setelah sebelum nya membereskan peralatan obatnya, ia menaruh kotak P3K kembali keatas nakas lebar disamping tempat tidur gadis hari rabu itu.

“Sebenarnya apa yang terjadi pada nya?”

Dan Ohh!!

Apa yang sebenarnya kau tanyakan Siwon!
Harusnya pelan-pelan saja. Ya Tuhan!
Aku merutuki kebodohan ku sekarang.

Lihatlah bagaimana reaksi wanita paruh baya itu sekarang?
Wajahnya berubah menegang ketika mendengar pertanyaan ku! Kenapa gadis itu tentu adalah sebuah rahasia yang tidak bisa disebutkan wanita itu pada seseorang yang bahkan baru pertama kali ia lihat.

“Sepertinya kau harus segera pulang nak, hari sudah gelap, dan kau butuh istirahat. Terima kasih telah menolong ku menenangkan Yoona.”

Yah, aku benar-benar telah bertanya sesuatu yang salah untuk ditanyakan saat ini.

“Ya, aku harus segera pulang, terima kasih telah mengobati luka-luka ku.”

Dia tersenyum menatap ku.

“Aku yang berterima kasih, terima kasih.”

Aku tersenyum, lalu menunduk sekejap sebelum akhirnya kembali mendongak dan mulai melangkahkan kaki ku untuk pergi, meninggalkan gadis itu dengan rasa penasaran yang masih mengganjal dihati ku.
Menghela nafas, mencoba melupakan gadis hari rabu itu, dan menegaskan langkah ku untuk kembali pulang kerumah ku, kembali bertemu Ayah ku Ibu Ku, Kakak yang sekarang bersama kakak ipar ku juga, dan adik-adik ku. Berkumpul bersama menonton acara comedy, bermain musik, tidur, sampai pada pagi hari, dan aku tidak bisa melupakan nya, satu hal yang dari malam tadi yang ku tekadkan untuk mencoba dilupakan ternyata malah semakin nyata membayangi setiap langkah ku.

bayangan nya terlintas dikaca hias ku ketika aku memakai jas ku.
Bibirnya tersenyum di dinding ruang makan ketika aku sarapan bersama keluarga ku.
Mata bulatnya menatap ku di dalam dokumen kerja ku ketika aku membukanya dipengadilan.

Dan tangis serta wajah ketakutannya tempo hari ku lihat di dinding yang berada dibelakang Hakim Ketua ketika aku berbicara mengajukan tuntutan atas nama klien ku dihadapan nya.

Aku memejamkan mata ku kuat, ketika teriakan nya bahkan seakan menggema didalam pengadilan, ketika tedakwa mengatakan keberatan nya atas bukti yang aku dan tim ku berikan.

Sehingga pada akhirnya ketika Hakim ketua mengetukkan palunya mengakhiri sidang pencemaran nama baik yang diajukan klien ku berakhir dengan terdakwa yang menjadi tersangka, dengan tuntutan penjara minimal dua tahun, dan denda uang sebesar satu milyar.
Aku dengan sesegera mungkin pergi kembali ke rumah sakit jiwa tempat dimana gadis bernama Yoona yang untuk pertama kali nya aku temui hari rabu itu.

Disiang hari pukul 13.24 pada hari selasa aku kembali menemui nya.

Ketika kaki ku kembali menapak di pintu masuk kamar gadis itu hal pertama yang ku lihat adalah seluruh tubuhnya yang berada diatas ranjang. Ia mendudukan setengah tubuh nya, mata yang semula ku lihat selalu terfokus menatap pada luar jendela kini menjadi tertuju pada kedua tangan nya yang di ikat kuat sebuah kain tebal, yang tak berbeda dengan kedua kakinya yang terlentang, terdapat kain yang mengikat pergelangan kakinya juga, tak lupa pinggang nya yang juga terikat pada kepala ranjang, kain panjang melingkari kepala ranjang dan menutupi pinggang gadis itu.

Ada rasa sakit ketika melihat keadaan nya, wajah sedihnya, mata beningnya, bibir pucatnya, hati ku terenyuh ketika melihat semua itu, entah perasaan apa ini, apa aku perduli pada gadis yang baru tiga kali ku temui?

Dress putih sepanjang diatas mata kaki, dengan lengan sepanjang sikut membalut tubuhnya, rambut panjangnya di ikat kebelakang dengan susunan yang rapih, wajahnya terlihat sedikit lebih segar.

“Na-ya.. Buka lagi mulut mu.. Kau baru makan sedikit.”

Dan jangan lupakan wanita paruh baya yang sabtu lalu menyisir rambutnya, yang kini tengah terduduk disisi ranjang dengan sepiring nasi ditangan nya.

“Makan nak.. Ayo buka mulut mu.. Jika kau menghabiskan makanan mu, bibi akan meminjamkan ponsel bibi dan memutar lagu The Little Prince untuk mu. Bagaimana?”

Dan aku tergugu tak percaya ketika gadis itu merespon ucapan suster disampinya itu, meskipun bukan dengan jawaban melainkan hanya mengalihkan pandangan nya pada wanita paruh baya itu, dan menatapnya kosong.

“Kau mau?”

Dan aku benar-benar takjub ketika ia membuka lipatan dibibirnya. Dan membuat wanita paruh itu tersenyum senang.

Satu suapan terakhir telah gadis itu telan dengan kunyahan pelan. Gaya minum nya begitu mengesankan, dan aku suka itu.

Gadis itu melanjutkan dengan menerima ponsel yang diberikan wanita berbaju rumah sakit itu, dan membiarkan nya memasangkan sebuah Earphone ditelinganya. Mata nya memejam lembut saat ku yakini lagu yang disebutkan perawat nya itu telah mengalun ditelinganya.

Suasana begitu hening, untuk beberapa saat gadis itu memejamkan matanya menikmati lagu nya dengan wanita paruh baya yang masih duduk dikursinya seraya mengusap lengan gadis itu dengan lembut dan penuh kasih. Hingga pada detik berikutnya suasanya berubah menjadi tegang ketika gadis itu membuka matanya dan tak sengaja melihat ku yang berdiri di ujung pintu.

Ia menatap ku dengan mata yang hampir tak berkedip, bibirnya tiba-tiba saja menjadi bergetar, lagu yang semula terlihat menenangkan nya, kini tak berpengaruh lagi.

“Na-ya—”

Melihat perubahan diraut wajah Yoona, wanita disampingnya lantas mencoba untuk berbincang dengan nya, raut wajah nya menjadi kembali khawatir.

“Na–ya–”

Ucapan nya kembali terhenti ketika gadis cantik itu menggerakkan kedua tangan nya yang terikat dan bergetar untuk menunjuk kearah ku, nafasnya memburu ketika ia menatap ku, matanya bergerak ketakutan, tubuh nya bergetar gelisan.

“Anak muda, kau–”

“Emm.. Emm…”

Wanita paruh baya itu menghentikan ucapan nya, ketika suara gagu Yoona menghela keterkejutan nya ketika melihat ku.

“Na–ya.”

Wanita paruh baya itu mulai bangkit dari duduknya, ketika dirasa Yoona mulai menjadi panik ketika melihat ku, dan tentu saja itu juga membuat ku menjadi khawatir sekalius takut, takut dengan kemungkinan jika gadis itu akan kembali tak terkontrol.

“Emm.. Emm..”

Tangan nya menunjuk-nujuk kearah ku, wajahnya ketakutan. Dan aku bingung harus apa.

“Tidak, Sayang.”

Dan tubuh kurusnya, dengan cepat direngkuh oleh wanita disampingnya. Mereka mulai kembali meneteskan air matanya.
Wanita paruh itu terus bergumam menenangkan Yoona yang masih menunjuk-nujuk panik kearah ku, dia sesekali menciumi wajah Yoona agar gadis itu tidak mengamuk lagi mungkin. Itu terlihat seperti kasih sayang yang sesungguhnya.

“Emmm.. Emm..”

Kakinya sudah terlihat mulai bergerak-gerak mencoba meloloskan kain yang mengikatnya.

Tubuhnya bergetar hebat! Oh Tuhan apa yang harus ku lakukan.

“Emm– emm..”

Gerakan nya mulai tak terkontrol, ia menatap ku dengan pancaran ketakutan.

“Tenanglah.”

Dan itu tidak bisa membuat gadis bermarga Im itu tenang. Ia terlihat sangat benar-benar ketakutan.

“Tidak, tolong tenanglah, aku bukan orang jahat.. Aku akan melindungi mu.”

Dan empat kata terakhir dari kalimat kulah yang kemudian membuat gerakan protes di kedua kakinya yang terikat tiba-tiba saja terhenti, nafasnya yang memburu sedikit demi sedikit mulai tenang, kedua tangan nya yang menunjuk-nujuk pada ku pun pelan-pelan turun, dan akhirnya terjatuh dipangkuannya, meskipun pacaran ketakutan dari matanya saat melihat ku juga getaran dari bibirnya tak hilang dengan cepat seperti yang lain nya, itu tetap telah membuat ku menjadi lega, setidak nya itu membuat nya tenang bukan?

“Katakan lagi nak.”

Aku lantas mengalihkan perhatian ku pada wanita paruh baya yang kini masih memeluk tubuh gadis itu dengan mata yang terpejam ketika wanita itu mengeluarkan suaranya.

“Katakan tentang melindungi sekali lagi.”

Air matanya menetes membasahi puncak kepala gadis itu. Jadi?

“Aku ingin melindungi, aku bersumpah tak akan menyakiti mu.”

Ucap ku akhirnya seraya mengalihkan tatapan ku kembali pada gadis hari rabu itu.

Dan yang terjadi setelah itu adalah wanita paruh baya itu melepaskan pelukan nya, dan kami menatap Yoona yang sekarang tengah menatap ku dengan tatapan yang masih sedikit takut namun telah terlihat mulai tenang.

“Aku ingin melindungi mu.”

Ucap ku untuk yang kesekian kalinya, kini seraya melangkahkan kaki ku, berjalan pelan dan penuh antisipasi mendekat kearah dimana gadis itu kini berada.

Matanya tak pernah lepas memandangi ku saat aku berjalan kearahnya, matanya menatap ku penuh kewaspadaan.

“Kau mendengar The Little Prince?”

Suara ku ketika telah berada dihadapan nya, dia terlihat meraih tangan Wanita paruh baya di sampingnya dengan cepat, dia mengedip-ngedipkan matanya polos seraya terus memusatkan perhatian nya pada ku.
Rasa takutnya belumlah hilang saat melihat ku.

“Tidak apa-apa nak.. Dia bukan pria yang sama.. Dia pria baik yang berbeda.”

Aku mengalihkan tatapan ku pada Wanita paruh baya itu, pria yang berbeda? Aku agak sedikit bingung dengan kalimat yang itu.

“Kenalkan diri mu.”

“Oh,”
Apa ini waktu yang tepat?
Aku kembali mengalihkan tatapan ku pada gadis yang kini masih setia memperhatikan ku, memperhatikan seluruh bagian dari wajah ku.

Aku memberikan senyum terbaik ku pada nya.

“Aku Choi Siwon, kau bisa memanggil ku Siwon, atau apapun yang kau mau.”

Aku sedikit terkekeh ketika mengatakan nya, berharap Yoona akan bereaksi karna ucapan ku, namun faktanya dia bahkan hanya terus menatap ku kosong tanpa melakukan atau berbicara apapun.

Aku pun lantas melemparkan pandangan ragu ku pada wanita paruh baya yang memang berada dihadapan ku, berdiri disebrang ranjang Yoona.
Dan dia memberikan senyum pada ku.

“Lanjutkan saja, dia mendengarnya percayalah pada ku.”

Aku mengangguk samar, sebelum akhirnya kembali mengalihkan perhatian ku pada Yoona yang kini masih betah memperhatikan ku.

“Aku seorang pengacara, aku suka bermain gitar dan musik, punya seorang kakak perempuan dan juga dua adik laki-laki.. Mereka semuanya baik.”

Aku kembali bersuara, yang tanpa ku sadari aku menceritakan setengah cerita singkat tentang hidup ku. Oh dia bahkan tak pernah mengalihkan tatapan nya ketika aku bercerita, apa dia tertarik?

“Aku ingin menjadi teman mu, boleh kah?”

Dia kembali tak menjawab, namun kini gadis itu menundukkan kepalanya, ia terlihat memperhatikan tangan ku yang berada disisi tubuh ku, dan yang aku lakukan bersama wanita paruh baya dihadapan ku adalah menatap bingung padanya. Hingga beberapa menit selanjutnya tangan kurusnya tiba-tiba saja menyentuh tangan ku dengan kedua tangan nya yang di ikat kuat.

“Ada apa?”

Aku bertanya dengan raut wajah khawatir ku seraya meraih kedua tangan nya dengan kedua tangan ku. Dan dia masih menunduk seraya terus menatap pada tangan ku.

“Kau ingin tangan mu dibuka?”

Yoona mengalihkan perhatian nya pada Wanita paruh baya yang berdiri disisi kirinya. Begitupun dengan ku.

“Berjanji dulu pada ku kau tak akan menangis lagi emm?”

Yoona tak menjawab seperti biasa, hanya menatap dan itu sudah cukup untuk wanita paruh baya itu mengerti dirinya. Dia membungkukkan tubuhnya, meraih kedua tangan Yoona yang terikat dan membuka ikatan kain yang mengikat kuat kedua tangan nya. Warna merah pekat terlihat melingkari pergelangan tangan nya yang sebelumnya dilingkari kain. Ada perasaan iba ketika aku melihatnya, sesuatu dalam hati ku menjerit ketika melihat itu, dan betapa terkejutnya aku ketika gadis itu meraih dan menggenggam erat tangan kanan ku sesaat setelah wanita paruh baya disisinya melepaskan ikatan pada tangan nya.

Ia mendongak menatap ku dengan matanya yang berkaca, dan entah kenapa tiba-tiba saja air mata ku menetes tanpa perintah, ketika ia membawa tangan ku keatas dadanya. Ia menatap ku dengan mata yang terlihat memohon perlindungan.

“Kau ingin mendengarkan The Little Prince lagi?”

Dia mengeratkan genggaman tangan nya ditangan kiri ku, dan entah kenapa hati ku terasa tersayat ketika dia melakukan hal itu. Selalu ada yang tersakiti dalam hati ku karna caranya.

“Aku akan memutarnya kembali.”

Wanita paruh baya itu lalu segera mengambil kembali Earphone yang sempat terlepas dari telinga Yoona, ia memasngkan nya kembali ditelinga gadis itu dan memutarkan kembali lagu The Little Prince yang dinyanyikan Kim Ryeowook dengan suara indahnya. dan aku menyadari jika dia juga menangis, wanita paruh itu menangis penuh haru kini.
Dan Yoona, setelah musik kembali mengalun lembut ditelinganya ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang, menempatkan kepalanya diatas bantal dan memejamkan matanya lembut dengan tangan yang masih menggenggam tangan ku erat, ia bahkan hampir memeluknya, menyembunyikan tangan ku didadanya saat tubuhnya berguling menyamping, dan tertidur meringkuk.

“Hahh.. Aku bahkan perlu waktu satu bulan agar ia terbiasa dengan ku.”

Aku beralih menatap Wanita paruh baya dihadapan ku yang mulai kembali bersuara setelah cukup lama terdiam dengan hanya memperhatikan Yoona yang mulai terlelap dalam tidurnya.

“Aku Jung Min Ah, kau bisa memanggil ku Min Ahjuma.”

“Kau seorang suster?”

Kami mulai mengobrol.

“Semula aku hanya seorang wanita yang membersihkan hampir seluruh kamar di rumah sakit jiwa ini, namun saat Yoona datang kesini, dan aku mulai memperhatikan nya, dia juga nyaman dengan ku, aku diangkat menjadi suster pribadinya, lebih tepatnya aku bekerja untuk menjaganya.”

Aku menganggukkan kepala ku seraya masih mengamati ceritanya.

“Jika sempat, datanglah kesini kapan pun kau punya waktu luang. Jika kau sama seperti ku, memperdulikan nya.. Aku akan mengatakan banyak hal tentang Yoona. Sedikit demi sedikit.”

Dan entah kenapa aku merasa sangat tertarik dengan tawaran nya.

Sehingga pada hari berikutnya disatu sore pada hari minggu saat hujan turun aku kembali menemui gadis bernama lengkap Im Yoon itu.
Bajunya berwarna kuning cerah kini, panjang nya menutupi pergelangan kakinya, raumbutnya tergerai indah menutupi bagian belakang punggung nya.
Ia berdiri ditepian jendela besar yang berada tak jauh dari ranjangnya, matanya seperti biasa, menatap kosong pada keadaan diluar yang kini menampakkan tetes-tetes air hujan.

Matanya berkedip pelan menampakkan bulu mata lentiknya sekejap, aku suka melihatnya.. Saat dia termenung dan itu cantik.

Tak ada siapapun yang menemani nya sekarang, juga tak ada Suster Jung sekarang, yang kemudin membuat ku akhirnya mengambil langkah pelan mendekat padanya.

Tak ingin mengagetkan nya, aku menyentuh pundak gadis itu pelan dan menyapa nya lembut.

“Hey.”

Untuk beberapa detik, dia hanya terus terdiam tanpa reaksi, namun dimenit berikutnya ia muli memutar kepalanya pelan, lalu di ikuti dengan tubuhnya.

Ada keterkejutan diraut wajahnya ketika ia melihat ku. Namun tidak sampai membuatnya kembali ketakutan.

“Tidak apa-apa.. Aku suka melindungi mu.”

Aku memberikan senyum lebar padanya, dan reaksinya sungguh membuat ku senang, ia kembali meraih tangan ku seperti selasa lalu, menggenggamnya erat, dan menatap ku.

“Apa yang kau lakukan hari ini?”

Aku tersenyum seraya mengelus lembut rambutnya, dan dia hanya terus terdiam dengan wajah datarnya menatap ku dengan mata bulatnya.

“Kau menikmati hujan?”

Aku kembali mengajukan pertanyaan padanya, dan reksinya masih sama, hanya diam, menggenggam tangan ku dan menatap ku.

Aku menghembuskan nafas. Menatapnya tenang.

“Mau mendengarkan lagu?”

Alisnya terangkat, dan itu membuat ku terkekeh ketika melihatnya.

“Tapi bukan The Little Prince, aku punya lagu yang lebih indah dari itu.”

Dan beberapa detik kemudian setelah aku mengatakan nya dia tiba-tiba saja menarik tangan ku yang sedari tadi ia genggam, membawa ku berjalan menuju ranjang putih nya,

Ia mendudukan dirinya disisi ranjangnya dengan masih menggenggam tangan ku, kakinya menggantung dibawah ranjang. Ia menatap ku dengan tatapan polosnya.. Aku tersenyum senang kala melihat tak ada lagi ketakutan diraut wajahnya ketika menatap ku.

“Kau ingin mendengarnya?”

Dia mengeratkan genggaman tangan nya, dan itu kembali membuat ku tersenyum.

“Kau bisa mendengarnya, tapi kau harus melepaskan tangan mu dulu.”

Dan raut wajahnya berubah menjadi kaku.

“Aku tak akan kemana-mana, hanya memasangkan headsetnya.. Itu tidak bisa dilakukan dengan satu tangan.”

Dan yang terjadi selanjutnya adalah, dia menatap ku dengan wajah datarnya untuk beberapa saat, sebelum akhirnya melepaskan tangan ku, namun ia dengan cepat menyentuh kemeja ku. Aku kembali terkekeh dengan kelakuan nya, mengusap puncak kepalanya sekejap, sebelum akhirnya mengambil ponsel hitam didalam saku celana ku, dilanjutkan dengan mengambil Earphone yang memang berada diatas nakas, memasangkan nya pada ponsel ku.

“Judul nya My Dear.”
Ucap ku lembut ketika memasangkan Earphone putih ditangan ku pada kedua telinga Yoona.
Gadis itu kembali menggenggam tangan ku ketika suara dari Yesung menyapa telinga nya, menatap pada ku sekejap, lalu membaringkan tubuhnya meringkuk diatas ranjang dengan memeluk tangan ku di dadanya, ia memejamkan matanya.. Itu sangat cantik.

“Dia disini satu tahun yang lalu kurang lebih.”

Tangan ku masih digenggam erat oleh Yoona ketika suara dari bibi Jung tiba-tiba saja memecahkan keheningan yang beberapa menit yang lalu melingkupi ruangan ini.

Dia berdiri memperhatikan ku didepan pintu yang kini tertutup rapat dibelakangnya.

“Seorang pria muda tampan dan gagah membawanya kemari setahun yang lalu.”

Dia kembali berucap seraya mengambil langkah mendekat kearah kami, tatapan nya tak pernah lepas dari Yoona, ditangan nya terdapat satu mug kaca berisi air panas yang kemudian ia simpan diatas nakas.

Dia kemudian berdiri dibelakang kursi yang tengah aku duduki.
Mata sendunya tak melepaskan pandangan dari Yoona.

“Kenapa?”

Hanya pertanyaan itulah yang bisa ku lontarkan sekarang, aku kembali mengalihkan perhatian ku pada Yoona ketika gadis itu mengeratkan genggaman tangan nya ditangan ku.

“Dia mengatakan, pria itu, bahwa Yoona yang dia bawa mengalami depresi dan stress.. Yoona menangis sepanjang hari saat itu, ia selalu mengatakan ‘Aku tidak gila, aku masih bisa berfikir normal’ bahkan ketika pria itu memasukan nya kedalam rumah sakit ini, dia terus mengatakan hal itu padanya, malam pertama ketika dia bermalam disini, dia terjaga sampai pagi, mata nya sembab, bibirnya yang pucat dan bergetar terus menggumam ‘Aku tidak gila’ lalu dia kembali menangis, di hari kedua, sepanjang hari dia termenung didepan jendela, menatap kosong pada keadaan luar, dia tak mau makan apapun ketika itu, bahkan minum pun tidak, beberapa orang disini bergantian membujuk nya agar mau memakan sesuatu, tapi tidak, dia menolak dengan cara yang sangat menyedihkan, hingga pada akhirnya seorang wanita paruh sebaya dengan ku datang menjenguk nya, tangan nya mengusap lembut rambutnya, matanya meneteskan air mata ketika melihat keadaan gadis malang ini, dan gadis ini terus mengatakan dan meyakinkan wanita itu jika dia tak gila, wanita paruh itu pun mengiyakan apa yang Yoona katakan, ia mencium nya penuh kasih, melimpahkan semua kasih sayang pada gadis ini, satu bulan berturut-turut pada malam hari ia selalu datang, memberinya makan, memandikan nya, menggantikan bajunya, dan setelah satu bulan itu, wanita penuh kasih itu tak datang kembali kemari.. Dari sana aku mencoba mendekatinya yang mulai jarang bicara, dan hanya termenung sepanjang hari, hari berikutnya dia mulai terbiasa makan dengan suapan ku, dan tertidur dengan usapan ku.. Dia sering terjaga dan bermimpi buruk saat tengah malam datang, dia berteriak ketakutan, tubuhnya bergetar dan emosi nya mulai tak terkontrol, tubuh nya sering di ikat setelah itu, hingga sampai satu tahun berjalan, dia mulai benar-benar depresi dan stress.”

Entah kenapa air mata ku tiba-tiba saja jatuh tanpa perintah ketika mendengar kata demi kata dari cerita suster Jung, aku menatap gadis yang tengah terlelap dihadapan ku ini dengan tatapan sedih ku, tak tahu bagaimana bisa gadis ini berada disini jika dia tak gila, aku tetap merasakan sakit dalam hati ku ketika baru mendengar setengah cerita dari suster Jung.

“Siapa dia?”

Aku mulai kembali bertanya.

“Wanita paruh baya itu? Dia asisten rumah tangga di kediaman Yoona.”

Ku dengar suster Jung menghela nafasnya.

“Dia tak kembali?”

“Mungkin larangan keras dari majikan nya membuat dia tak bisa kemari lagi.”

“Lanjutkan.”

Aku mengusap-ngusap pipi Yoona lembut, tatapan kami tak pernah lepas dari gadis itu.

“Saat satu bulan ia disini, dan untuk pertama kalinya aku memandikan nya, aku sempat kaget ketika menemukan beberapa luka dan lebam ditubuhnya, aku menemukan luka seperti bekas sayatan di pundak tangan nya, disebelah kiri, lukanya hampir membusuk karna tak mendapat pengobatan, beruntung itu masih dapat diatasi, dipunggung nya ada beberapa luka lebam yang membiru, ketika aku menyentuh nya dia akan meringis, sungguh ketika melihatnya, aku melihat juga ketidak adilan untuknya.”

Aku benarbenar tersentak dengan apa yang baru saja kembali diceritakan suster Jung, separah itukah keadaan nya?

“Sebenarnya, siapa yang melakukan nya kau tahu?”

Aku memutar kepala ku menatap suster Jung yang sudah berlinangan air mata.

“Wanita paruh baya itu mengatakan semuanya pada ku dan—”

Dia menghentikan ucapan nya ketika tubuh Yoona tiba-tiba saja bergerak, dan matanya terbuka setelahnya, ia terbangung.

“Kau bangun?”

Aku bertanya padanya dengan suara lembutku, ia menatap ku dengan wajah datarnya.

“Kau haus Na-ya..”

Sementara suster Jung dengan gesitnya mengambil mug yang tadi ia bawa dan meminumkan air didalamnya pada Yoona yang menerimanya dengan sikap dingin nya.

“Kami mengganggu mu ya?”

Bibi Jung kembali bertanya ketika ia menyimpan kembali mug itu diatas nakas, dan yang ku lakukan hanyalah menatap Yoona yang juga menatap ku.

Dan aku menaikan sebelah alis ku ketika ia tiba-tiba saja menyodorkan ponsel hitam ku pada ku.

“Kau tak suka lagunya?”

Tanya ku seraya mengambil ponsel ku dan mengeceknya, dan ternyata.

“Mati?”

Dia menatap ku seolah-olah mengatakn lewat matanya jika dia tak tahu dan bingung, dan oh matanya berkaca, apa dia mengira ponsel ku mati karna kesalahan nya. Tidak-tidak..

“Tidak Yoona..”

Aku berdiri dengan cepat, dan kemudian mendudukan tubuh ku disisi ranjang lalu menggenggam tangan nya. Aku menatapnya lembut.

“Jangan menangis, atau takut.. Bukan karna mu, hanya ponsel ku batrai nya habis, ini hanya perlu di isi, emm..”

Aku aku menyentuh lembut pundaknya, tersenyum padanya, dengan sesekali merapihkan anak rambutnya yang bertebaran didepan matanya.

“Na-ya, apa yang dikatan Siwon benar.. Ini bukan masalah besar tenanglah.”

Dia mengalikan perhatian nya pada suster jung untuk beberapa saat sebelum akhirnya kembali menatap pada ku.

“Tidak apa-apa..”
Ucap ku lagi mencoba meyakinkan nya.

“Jadi bagaimana? Kau suka lagu nya?”

Aku bertanya dengan antusias, dan hasilnya, ia hanya terus menatap ku, masih tak mengatakan apapun.. Aku tersenyum memaklumi itu.

“Dia menyukainya.”

Aku mengalihkan perhatian ku pada suster jung.

“Anda tahu? Bagaimana?”

Dia tersenyum, dan mengusap rambut Yoona.

“Lihatlah, wajahnya akan terlihat begitu lucu, imut, dan menggemaskan ketika mulai menyukai sesuatu.”

Ku menatap Yoona dengan cepat.

“Benarkah?”

Aku terkekeh setelahnya.

“Baiklah, bisakah aku tahu bagaimana bagian yang kau suka dari lagunya?”

Dia mengedip-ngedipkan mata bulatnya lucu.

“Bolehkah?”

Aku kembali mengulangi ucapan ku. Dan dia tiba tiba saja menyentuh tangan ku yang tengah menggenggam tangan nya, Yoona masih menatap ku dengan mata polosnya.

“Emmm…”

Ohh Tuhan..

Aku benar-benar tak menyangka dia bersuara?
Ini terdengar lembut dan mengalun, meskipun hanya bergumam, dia tetap mengeluarkan suaranya, sangat indah dan sendu, berbeda dengan gumaman ketakutan nya seperti tempo hari, berbeda juga dengan jeritan nya saat merasa terancam.

“Emmm?..”

Suara ku bahkan hampir bergetar menahan haru saat menanggapi gumaman nya, dan suster jung yang berdiri dihadapan kami bahkan telah menutup mulutnya kuat menahan tangisnya.

“Hhmmm.. Hmmm.. Hhmm.. Emmhmm.. Hmm.. Hmm.. Mmhmm.. Hmm.. Hmmm..”

Oh Tuhan..
Aku memeluknya dengan cepat menangis diatas kepalanya, dan memejamkan mata ku kuat.

Itu terdengar begitu mengalun dan menyakitkan Tuhan..

Aku merengkuh tubuh nya dalam pelukan ku, menciumi rambutnya, dan kembali meneteskan air mata.

Siapa gadis ini, yang untuk pertama kalinya ku temui dihari rabu itu, siapa gadis ini yang bahkan hanya ku tahu setengah dari riwayat hidupnya? Siapa gadis ini yang aku bahkan tak tahu dari mana ia berasal, siapa keluarganya, dan apa yang membuatnya seperti ini.

Hanya dapatkah kalian mengerti perasaan ku ketika untuk pertama kalinya melihat matanya? Keperdulian mengawali semuanya, sehingga berakhir dengan rasa ingin tahu dan iba, tahu kah kalian bagaimana rasanya bahagia dan sakit pada satu waktu? Itu ku rasakan saat melihatnya, dia menguasai pikiran ku, membayangi hari ku, dan aku tak bisa melupakan nya, hal yang melatar belakangi semua itu adalah rasa kasihan, namun saat dia mulai bersuara baru saja, itu membuat ku merasa jika aku tengah bahagia karna seseorang yang aku sayangi menganggap ku penting.

Dalam hanya beberapa kali pertemun aku menyayanginya? Benarkah?

*

*

*

TBC~

*

*

*

‘Apa kau melalui hari yang sulit?
Kau bisa mengeluh kepadaku
Apa sesuatu hampir membuatmu menangis?
Tidak apa-apa, lihat aku’

Haaalllaaaawwwww.. Datang lagi bawa yang baru nihh #plakk
Maaf yah, aku malah post beginian 😀 abisnya tangan dan jantung gx nahan pas denger suara suami kuh nyanyiin My Dear, serasa itu lagu buat sayah gituh 😀 jadinya yah jadilh ini 😀

Oke suka gak suka, semoga suka ajah deh 😀

Anyeong ❤

Saranghae ❤

78 thoughts on “[Fanfiction | SERIES] My Dear”

  1. Hay aku orng bru nie di sini,
    Pertama klinya bca ffmu, ikutan baper, kslian bget yoona, pa mungkin dy tuh di siksa ya, kok sampe segitunya sih dy ktakutannya,,,
    Siwon pun kyknya tulus ma dy,,
    Keren say, di tunggu nexr partnya, 🙂

    Like

  2. Waw yoona jadi orgil gara gara lama di rs…
    iya siapa juga yg gax sakit low diam di rsg n dianggap gila…
    siwon suka ya ma yoona. Lowpun gila tapi tetap cantik kan

    Like

  3. Semoga Yoona bisa sembuh dari gilanya setelah kehadiran Siwon oppa❤️ 화이팅 author✊ aku suka sama genre ffnya, semoga next chap lebih keren lagi😉
    Oh iya, aku tunggu FF Mine nya juga ya thor😉😉😉

    Like

  4. Pnasaran dgn masa lalu yoona knpa dia sampe depresi gitu dan siapa yg bawa yoona ke rsj ?
    Mudah”an dgn hadirnya siwon bisa membuat yoona sembuh

    Like

  5. love at the first sight …
    siwon pengertian bgt, seakan dia udh kenal sama yoona udh lama.
    dan makasih chingu atas recommended song nya .. sumpah aku suka bgt lagunya ..

    Like

  6. Woooa aku suka aku suka
    Bagaimana siwon yang tertarik sama yoona
    Dan kenapa yoona seperti itu, apakah yang menjadi masa lalunya. Semoga aja dia bisa sembuh dan kembali sama siwon.. Eah
    Siip izin lanjut baca ya author

    Like

  7. Bikin baper ff Nya yoona onnie knp bsa gtu?? Ah semoga aj siwon bsa nolong yoona
    Siwon oppa udah love first sight to sama yoona 🙂

    Like

  8. Ceritanya seru banget thor
    Penasaran sama masa lalunya yoona kenapa dia sampai masuk RS jiwa dan siapa pemuda yg membawa yoona ke Rs jiwa
    Saking penasarannya aku juga lgsg dwonload tuh lagu yesung dan lagunya bagus banget apa lagi sambil baca nie Fanfiction keren banget thor

    Like

  9. haii thor salam kenal, sekali masuk library kamu lgsg tertarik sama judulnya dan ternyata ngga mengecewakanemang story linenya selera aku.

    alurnya pas, jd story tellingnya enak kebawa alurnya.

    dan ikutan penasaran ada apa sama yoona? kenapa dia sampe disana?

    Like

  10. Ceritany menarik. Kasian sma yoona kyk nya dia disiksa deh makanya byk lebam sma luka di tubuhnya. Penasran nih knp yoong eonni bsa da di RSJ, trus penasaran sma cwo yg udh ngantar yoona ke RSJ tu

    Like

  11. Laki2 yang bawa yoona ke rumah sakit jiwa itu siapa? Appa yoona knpa gk datang..semoga yoona mau ngomong dah ama wonpa..cepet sembuh gk di rumah sakit jiwa lagi..eonni jangan sakit..aku sakit melihatmu begini😭😭

    Like

  12. Aigoo.. disini yoona menderita.. kasihan Yoona.. kemana appanya knp Yoona dibiarkan sendiri.. untung ada oppa.
    moga yoona mau berbagi ma Wonpa.. 🙂

    Like

  13. Author..👌👍
    Suka semua cerita tentang yoona m siwon..😍
    Jadi penasaran knp yoona bisa dirsj?
    Siwon so sweet bangeet☺

    Like

Leave a comment